Acara Konsolidasi Pertama Kali FH UAJY Setelah Berpuluh-Puluh Tahun Lamanya, Saatnya Mahasiswa Peduli
- Tim Multimedia Fakultas Hukum
- 07 Jun, 2024
- Pojok Mahasiswa
- 78
Konsolidasi: “Hari Kelahiran Pancasila sebagai Bentuk Evaluasi Pemilu 2024” dan Peluncuran Majalah Tabloid “Titik Nadir Demokrasi”
Sabtu, (01/05) lalu, Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) das Sein dan Departemen Kajian Strategis (Dept. Kastrag) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta menyelenggarakan acara konsolidasi dengan mengusung tema “Hari Kelahiran Pancasila sebagai Bentuk Evaluasi Pemilu 2024” sekaligus perilisan majalah kolaborasi antara LPM das Sein dan Dept. Kastrag BEM dengan judul “Titik Nadir Demokrasi” yang diadakan di ruang 310, Gedung Santo Alfonsus. Acara ini merupakan kolaborasi antar dua lembaga tinggi sebagai penutup program kerja periode mereka pada bulan Juni 2024.
Acara ini menghadirkan enam dosen UAJY sebagai narasumber, antara lain: Y. Hartono, S.H., M.Hum., Y. Sri Pudyatmoko, S.H., M.Hum., Dr. W. Riawan Tjandra, S.H., M.Hum., Budi Arianto Wijaya, S.H., M.Hum., B Hengky Widhi Aantoro, S.H., M.Hum., dan satu dosen dari Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UAJY, Suryo Adi Pramana, S.I.P., M.SI. Turut hadir juga dalam acara tersebut, Dr. Vincentius Hari Supriyanto, S.H., M.Hum. sebagai Wakil Dekan I FH UAJY dengan jaket kulit warna cokelat kebanggaannya.
Pak Hari menyampaikan pidato pembuka dengan bernostalgia keadaan kampus FH UAJY pada saat turunnya Presiden ke-2 RI, Bapak Soeharto (“The Smiling General”). “Kampus kita ini memiliki sejarah yang istimewa.” beliau memulai, “Pada tahun 1998, kita punya dua orang yang paling vokal dalam melontarkan kritik kepada pemerintah, dua orang tersebut sekarang ini menjadi dosen di FH UAJY, yakni Pak Budi dan Pak Hestu”. Beliau menceritakan bahwa semasa menjadi mahasiswa di Gedung Santo Alfonsus, Pak Budi pernah hampir tertangkap oleh aparat kepolisian. “Jadi pada saat itu beliau terpojok dalam gang sempit dengan sepeda motornya, kemudian demi menyelamatkan diri, ia kabur dengan melompati pagar gang meninggalkan motornya.” tutur Pak Hari disambut dengan tawa para hadirin. Ia meneruskan, “Jadi motornya itu ditinggal dan rusak karena dirusak oleh aparat keamanan tersebut”. Pak Hari menekankan sekali lagi bahwa FH UAJY memiliki sejarah yang spesial selama memasuki masa reformasi, karena itu beliau menyambut positif acara konsolidasi ini dengan harapan bahwa kegiatan semacam ini bisa terus berjalan secara rutin dalam atmosfir kampus FH UAJY.
Panitia penyelenggaran kemudian mempersilahkan Pak Hari untuk menuliskan pesan tentang tema acara yang bersangkutan pada banner yang telah disediakan oleh panitia penyelenggara. Pesan itu berbunyi:
“Tidak ada pernah kata kalah”
Setelah itu dilanjutkan penyerahan Majalah Tabloid Kobar bertajuk “Titik Nadir Demokrasi” kepada kepada Pak Hari olehi Efreim Yehuda selaku Steering Committe dan Catra Jendra sebagai Penanggungjawab. Sebelum memasuki pemaparan orasi oleh narasumber, terdapat pertunjukan oleh para panitia dengan membawa dan menyalakan sembilan lilin yang pada batang masing-masing terpampang sembilan wajah hakim MK sebagai suatu simbolik. Kemudian, Karin Trinita membacakan sebuah narasi mengenai fenomena sembilan hakim Mahkamah Konstitusi yang terlibat dalam hasil putusan sidang terkait sistem Pemilihan Umum (Pemilu) 2024. Dari sembilan lilin yang dimatikan, hanya ada tiga lilin yang masih dihidupkan sebagai simbol bahwa terdapat tiga hakim yang memberikan dissenting opinion yang mana hal ini menjadi perstiwa fenomenal dalam sejarah MK di Indonesia.
Acara ini juga dihiasi dengan pembacaan puisi oleh Catra Jendra (Penanggungjawab) karya Cak Nun dan Sonang R. Malau (Koordinator Div. Perkab) karya Gus Mus sebagai pembukaan sebelum sesi orasi oleh para narasumber. Dalam sesi akhir, para peserta diminta untuk menuliskan pesan-kesan pasca Pemilu 2024 pada banner yang sudah disediakan oleh panitia penyelenggara. Sesi ini diiringi dengan penampilan padus yang dibawa oleh Catra Jendra dan beberapa panitia acara dengan membawa lagu “Lautan Tangis” karya Sudjiwo Tedjo.